Saturday, February 27, 2010

The Criminal Minds

Menonton Televisi adalah proses interaksi manusia dengan media yang paling intens, kadang kita mengabaikan betapa kuatnya reach TV tidak sekedar kuantitatif, namun sekaligus kualitatif. Nah yang juga luput dari perhatian kita adalah kenyataan bahwa konten media yang satu ini banyak yang negatif, juga ada beberapa yang baik, bahkan memiliki mixed impact.

Kalau belakangan saya asik meniti episode serial Criminal Minds tidak di TV, tapi di PC setelah mendownloadnya dari Torrent. Tak mengubah jejak media TV yang dulunya klasik kini berubah menjadi view through player atau tubing. Efeknya sama saja, saya terduduk diam, menyimak satu arah, dan jejaring synapsis saya tersambung secara kognitif dan emosional dengan alur kisah, latar musikal, mimik, dan suspense. Kebetulan serial Criminal Minds adalah media katarsistik saya karena acara menegangkan ini menarik saya keluar dari ketegangan lain yang sempat terjadi seharian setelah akumulasi stress menerobos macetnya jalan atau sekedar meniti angka angka di kantor.

Bedanya media baru yang memanfaatkan akses internet dan fungsi revolusional PC ini memiliki dampak sistemik. Lebih besar efeknya pada kita karena pertama dibanding TV, menoonton di PC bisa tanpa Jeda, dan sangat personal. Tak ada iklan yg berfungsi retreat itu, yang ada adalah deraan terus menerus dari konten yang kita sedang tonton. Tingkat konsumsi media pun bisa meningkat jauh, orang bisa menonton episode lebih banyak dan lebih komprehensif di PC ketimbang di TV.

Tak lagi ditemukan yang namanya batasan jadwal acara, tak ada lagi channel rights dan sensor, yang terjadi adalah kita memiliki kontrol sepenuhnya terhadap media yang bebas kontrol. Kondisi ini amat menguntungkan dalam memperkaya proses belajar namun membahayakan kita karena bisa merubah kita menjadi information junkies, bahkan zombi.

Serial Criminal Minds memang dahsyat, berbeda dengan CSI serial ini melihat kasus dari sisi pelakunya bukan obyek kriminalnya, profiling namanya. Kita bisa belajar betapa manusia adalah subyek dari kejadian, bukan sebaliknya. Nah yang buruk adalah penggambaran dan plotnya terkadang sangat gamblang, disturbing. Buat saya yang mencari ruang eskapisme kadang terkesan seru seiring menaiknya adrenalin karena ketegangan, namun apa dampaknya jika anak2 melihat darah dan berbagai simbolisasi kekejaman muncul di media ini.

Kontrol terhadap media agaknya masih make sense, bagaimana jika media itu internet? Saya percaya media bukanlah subyek, kitalah yang harus mengaturnya. Saya justru berterimakasih kalau negara membantu upaya ini, seperti yang saya alami di Qatar saya merasa terbantu karena negara telah memapas konten pornografi sehingga tak sulit menyatringnya untuk tidak dikonsumsi anak anak. Buah aksesibilitas informasi yang melimpah perlu diarahkan untuk kebaikan, semaksimal mungkin kita bisa.

Saturday, February 20, 2010

Tahun Si Macan

Si Macan yang satu ini memang luar biasa, setelah membuat khalayak tertegun oleh ke jeniusan fisikalnya, karena kenakalannya dia pun memutar balik jarum imagery ke titik berlawanan. Semula orang bersimpati karena kisahnya , perjuangannya sejak kecil, dn pencapaiannya yang seolah tak terkalahkan. Namun kini Tiger Woods menghadapi deruan sanksi moralitas massa pasca gaya hidup perselingkuhannya terkuak ke publik.

Di Pers Conference kemarin, tampilnya sang aktor ini terkesan too good to be true, terlihat bahwa setting, format, konten acara, bahkan angle kamera demikian highly choreographed. Seorang buaya lapangan hijau tentu amat sulit mendapatkan simpati publik pasca drama detail yang muncul di media ber minggu minggu. Akhirnya usaha ini pun tak banyak membantu Tiger, sehari sesudahnya hampir semua media mulai dari Jazeera, CNN, sampai Fox yang cablak menjadikan acara kemarin sebagai ajang interogasi. Tidak sekalian saja dipasang detektor kebohongan di ruang itu.

Namun kasus Tiger lebih dari sekedar krisis domestik, semata karena dia sudah menjadi multi billion brand. Masih ingat beberapa tahun lalu saya membeli polo shirt ber merek Nike-TW made in Bandung di sebuah FO di Cipanas, di FO ini harga nya tentu base price plus margin total 59 ribu rupiah, sementara bandrol yang tergantung di kaos Tiger Woods ini adalah 70 an USD atau lebih dari sepuluh kali lipat nya. Nama 'Si Macan' adalah cap mentereng yang mengangkat komoditi menjadi Luxury.

Pers Conference yang penuh rekayasa ini tak lain adalah sebuah pentas damage control untuk menyelamatkan Brand Tiger Woods , mencoba meng-infus Brand yang sakit ini dengan atribut atribut baru yang ditampilkan dalam format simbolik melalui tampilnya keluarga (ibu tiger), di quote nya spiritualitas budhism, para jurnalis yang terpilih, tak ada tanya jawab, intonasi dan drama. Arahnya jelas bahwa they couldn't afford to loose such huge brand investment, so they did what ever necessary to restore it.

Dari 'macan' menjadi 'buaya', dan berharap kembali menjadi 'macan' lagi dengan sentuhan 'air mata buaya' ;)

Friday, February 19, 2010

Glocalized: Berakar dan bertaji lokal

Membincangkan inovasi sering perhatian kita tersita untuk melirik gemerlap kemajuan teknologi informasi dan digital, padahal syarat eksistensial dari inovasi adalah market acceptance, dan tentu syarat perlu adanya penerimaan pasar adalah relevansi antara demand dengan atribut benefit yang muncul sebagai solusi. Jelas maka inovasi harus melalui proses kontekstualisasi sejak ide masih di langit kesadaran, sampai terwujud dalam realitas komersial. Itulah maka Teknologi informasi dan gemerlap dunia digital bukanlah satu satunya wahana bagi lahirnya temuan temuan baru.

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, saya ingat bahwa berbagai merek legendaris justru lahir karena besarnya kandungan alamiahnya. Mari kita jajarkan saja brand mendunia model Kecap Cap Bango, Sampoerna, Indomie, Kopi Kapal Api semuanya memiliki ciri yang sama yaitu kandungan lokal yang besar,yang kemudian di dukung oleh tingkat konsumsi nasional yang besar, baru kemudian bisa tampil di kancah dunia. Jadi agaknya sebelum sebuah produk inovasi mengglobal maka dia perlu kuat di pasar lokal terlebih dahulu.

Belakangan perhatian saya tersita oleh dua inovasi produk lokal yang menjanjikan, dimana keduanya mengandalkan kuatnya kandungan bahan baku lokal sambil membangun diferensiasi produk melalui kemampuan meracik campuran kandungan lokal itu sambil menyajikan solusi cerdas.

Pertama saya melirik sebuah minyak angin dengan aroma unik. Produk ini cerdas karena tampil beda ditengah dominasi eksisnya beragam produk sejenis yang sudah mapan. Baik dari segi kemasan, brand ,maupun atribut produknya yang amat berbeda. Jika minyak angin biasa identik dengan obat sakit, berbau menyengat, dan kemasan klasik menoinjolkan kemurnian dan warna minyaknya, maka Safe Care tampil layaknya produk minyak wangi. Kemasan roll on nya juga brand yang berbahasa inggris, dan klasifikasi produk baru yang diperkenalkannya yaitu minyak angin aromatherapy sungguh menonjolkan produk ini ketimbang minyak angin lainnya.

Pola distribusi klandesteinnya pun amat menarik, menggunakan jejaring klaster klaster kesehatan dan apotik menengah atas meunjukan betapa target yang disasar sangat relevan dengan keunikan posisi produk ini.

Produk kedua yang adalah Kopi Jahe 41, keberanian produk ini tampil ditengah pasar yang sedemikian crowded dan didominasi pemain besar sungguh mencengangkan saya. Betapa tidak bila kita sempatkan saja ke Hypermarket, maka produk kopi instan akan tampil berderet dalam satu lorong yang panjang.

Dengan metode distribusi klandestein juga produk ini mampu mendominasi warung kecil, warung kopi, tukang kopi keliling dan berbagai outlet menengah bawah. Kopi Jahe 41 menggunakan kandungan lokal, dengan produksi yang diawali inisiatif industri rumahan serta positioning produk yang tegas menyasar menengah kebawah, atribut produk ini dibangun konsisten dengan strategi pemasarannya. Kehadiran produk ini sempat memancing reaksi dari pemain besar untuk ikut masuk kepasar sejenis melawan keberhasilan nya eksis di ceruk pasar yang baru

Sudah menjadi realitas bahwa produk global terutama dari tiongkok akan mendera konsumen kita, namun keyakinan masih ada dengan hadirnya inovasi berakar dan bertaji lokal, berakar karena mengoptimalkan kandungan  bahan baku nusantara, sementara bertaji lokal karena mampu menjawab kebutuhan pasar indonesia dengan konsumsi konsumen yang merupakan kekuatan utamanya.

Wednesday, February 17, 2010

Buon giorno !

Pagi ini terasa nyaman, berangkat dari rumah saya sempatkan membuka dua jendela kamar. Nikmatnya hembusan dingin lembut udara pagi saya rasakan sebentar, disisakan semuanya untuk anak-anak yang masih lelap tersenyum. Disamping deraan oksigen yang menggantikan dominasi zat arang dikamar, saya pun menikmati pemandangan indah , wajah si kecil Azzam biasanya terlihat berpendar seolah bercahaya dipagi hari.

Rutinitas awal hari selalu indah, karena seolah alam ini di rejuvinate, di seting ulang dengan indahnya. Para ilmuwan mengungkapkan betapa sistem embun pagi menangkap partikel debu dan polutan setiap harinya. Semakin siang, semakin terbebas debu dan polutan itu dari cengkraman embun pagi, dan kita merasakan ringanya tarikan nafas saat fajar terkuak.

Jiwa kitapun mendapati manfaat, karena di Jakarta kemacetan adalah faktor penyebab stress yang dominan. terlebih semakin siang semakin kompleks konten siaran radio di mobil diisi dengan debat dan talkshow prime time yang cenderung meng-amplify faktor stress itu. Sementara sebelum jam 6 stasiun radio seolah mengalunkan kombinasi spiritualitas, dan kesejukan menambah suasana nyamannya jalan yang lapang hingga tujuan.

Keindahan pagi pun bisa di kondisikan dengan berbagai aktifitas tambahan, namun yang paling terasa dampaknya adalah sentuhan spiritual. Tak heran agama seolah memaksa kita untuk memulai aktivitas sedini mungkin dan melanjutkannya di waktu yang tepat, waktu duha. Sunnah yang satu ini konon diibaratkan sebagai sedekah yang meliputi berbagai sedekah, bagi saya hikmahnya adalah betapa sedekah ini terasa tak hanya bagi yang didoakan namun subyeknya adalah kita sendiri yang seolah berdamai dengan hari diawal ketika kita memulainya

Ada lebih dari 250 cara mengucapkan selamat pagi, bagi saya tulisan ini cukup melukiskan senyuman yang saat ini tergambar di wajah dan hati saya.

Tuesday, February 16, 2010

E-CR3471v3

Para orang tua cenderung anak anaknya jadi engineer, dokter, akuntan, dan banyak profesi lain yang mengedepankan kecanggihan otak kiri, namun kini trend baru sudah terkuak .Konon orang yang dominan berpikir dengan menggunakan bilik kanan otaknya akan survive bahkan unggul di dunia yang semakin kompleks ini, demikianlah tema besar tulisan Daniel Pink : A Whole New Mind: Why Right-brainers Will Rule the Future.

Dalam tulisannya Pink memetakan 4 zaman yang diawali dengan zaman agrikultur, lanjut ke industri, lalu informasi dan yang keempat Pink menamakannya sebagai era konseptual. Di era terakhir tersebut Pink memfokuskan bahasannya, pemikiran ini pun sempat dikutip Presiden SBY bahwa kini adalah era ekonomi gelombang ke empat, suatu era yang berorientasi pada kreativitas.

Kreativitas menurut Pink adalah competitive differentiator, ditengah kondisi kompetisi dan kelimpahan informasi yang sedemikian ketatnya untuk bisa terlihat maka diferensiasi amat penting. Buku ini banyak mendapatkan kritik karena lemah reasoning statistik nya (its about rightbrainer anyway) namun di Blog nya Pink sempat mengkutip sebuah fakta yang menarik. Bahwa resource waktu untuk menyelenggarakan semusim superbowl adalah 514 ribu jam kerja per tim nya, sama dengan 8 kali waktu yang dibutuhkan untuk mendesain, membuat, mendistribusikan iPod. Maka dengan resource yang sama satu tim superbowl bekerja bisa menghasilkan iPod, iPod shuffle, iPod nano, iPod Touch, dan empat generasi iPod selanjutnya.

Relevansi ekonomi koseptual dengan berbagai atributnya kini menjadi buzz word di Indonesia dengan kisah bertajuk ekonomi kreatif. Saya berharap mengemukanya konsep ekonomi kreatif bukan karena kegagalan industri Indonesia dan menjadikan ekonomi kreatif sebagai jalur eskapisme, Deperindag pernah menyitir bahwa ekonomi kreatif kontribusinya sudah diatas 6% PDB, dan sudah melewati 10% total Ekspor Nasional.  Kontribusi industri kreatif sudah melampaui kontribusi sektor komunikasi, transportasi, listrik, dan air bersih dan 5 tahun kedepan dominasinya akan menguat di proyeksikan akan mengkontribusikan 10% PDB nasional.

Produk unggulan Industri Kreatif sudah banyak yang mendunia, saya terkejut ketika mengetahui bahwa Market Leader suplai mutiara global bukanlah Jepang, apalagi Qatar. 40% suplai mutiara global kini di pasok dari Indonesia.

5,4 Juta orang sudah mengais rezeki di sektor ini, dan bertumbuhnya pelaku menuntut kehadiran kelas pekerja baru (The creative class),  Terdapat 14 subsektor industri kreatif, beberapa sub sektor dominan seperti Periklanan, Fashion, Kerajinan, dan Musik sudah mengakar kuat dan dominan baik di pasar lokal maupun ekspor. Peluang masih terbuka lebar di sektor desain, konten multimedia, software, furniture, dll.

Beberapa momentum penting juga dicatat sebagai faktor kondusif, diantaranya eksisnya teknologi IP dan Mobile serta konvergensinya yang mempermudah produksi maupun distribusi beberapa produk kreatif. Kini hanya dengen beberapa pedesain sebuah UKM Digital bisa bekerja dalam format mobile workers, menggunakan web services, lalu menjual produknya secra global melalui jaringan internet dan jejaring sosial.

Peluang sedemikian besar terbentang, proses selanjutnya adalah obyektifikasi dan tentunya eksekusi !

Monday, February 15, 2010

Cr3471v3

Salah satu tujuan saya mengumpulkan mainan lego, kertas gambar dan crayon, beberapa puzzle, memasang Wii dan menginstall software encarta di komputer  supaya si Humam mendapat stimulasi yang cukup untuk berkembang menjadi anak yang kreatif.

Belakangan  saya melihat ada sedikit manfaat yang sudah mulai terlihat. Bibit bibit kreativitas mulai muncul, pesawat lego humam sudah semakin kompleks, sudah multi layer dan tidak selalu simetris. Dalam hal menggambar dan mewarnai, goresan pesawatnya tak lagi tunggal, namun sudah mulai banyak dan juga mengandung cerita yang agak seru. Nah mengenai Wii, Humam adalah pengguna casual, dia nggak terlalu eager main video game. Namun untuk mengoprek PC sudah lumayan, barusan dia sudah mulai bikin slide power point pertamanya.

Saya pingin juga me-mix bibit krteativitas itu dengan disiplin, karena belakangan distorsi kreativitas datang dari mahluk bernama pengekangan sekaligus pembiaran. mendiang Prof. Randi Pausch pernah menyitir bahwa kreativitas yang menjadi sari pati bakat penciptaan atau rekayasa lahir ketika si anak di beri keleluasaan seluasnya untuk berekspresi.Namun disisi lain saya ingin si Anak juga punya self control yang akan membuat ide dan kreativitas menjadi suatu hal yang executable, workable bahkan nantinya berguna.

Jadi Humam saat ini harus beresin mainannya dengan rapih, harus mandi sendiri dan pakai pakaian sendiri , makan sendiri, mulai punya jadwal dan dilatih merancang planning-nya secara mandiri. Dan sebagai reward-nya bulan depan saat ulang tahun, sepeda warna metallic incaran saya itu bolehlah jadi hadiah ulang tahunnya.

Friday, February 12, 2010

Kuman Kumon

Satu hal positif dari plesetan, saya dapati dari peristiwa yang telah berlalu 5 tahun, 3 bulan lalu dan 5 jam yang baru lewat. Suatu sore yang macet di rasuna said saya melihat sebuah billboard di jembatan penyebrangan, sebuah brand yang unik. Waktu itu saya salah membacanya mungkin karena sambil menyetir maka selintas saja terlihat tulisan 'Kuman'. Padahal konten iklan itu tentang sebuah lembaga pendidikan anak yang mengkhususkan pada penanaman ketrampilan berhitung dan matematika melalui latihan dan pembiasaan, ya Kumon lah yang kemudian saya ingat, setelah berkali kali melintas billboard itu dan tak salah lagi membacanya..

5 tahun kemudian saat yang sama anak saya sudah lewat 5 tahun usianya, istri saya menganjurkan untuk memasukan Humam ke Kumon di dekat rumah. Terbayang memori lampau dan diiringi rasa ingin tahu yang berpilin dengan harapan, segera saja saya setuju dan mendukung niatan itu.

Hari ini, 5 jam yang lalu setelah lebih dari 3 bulan Humam berkutat dengan Kumon, setiap hari dia isi dengan mengerjakan baris demi baris soal pekerjaan rumahnya, terkadang dengan kesalnya karena harus menjeda permainan atau menunda nonton Tom and Jerry yang sedemikian dia senangi. Ya hari ini saya menerima rapor Kumon Humam, tertulis kalau dia sukses naik ke level 2A dengan predikat Alhamdulillah Baik Sekali;).

Saya juga menyaksikan selama ini bahwa betapa anak kecil itu melahap soal matematika dengan santai, soal berhitung yang bagi sebagian anak anak lain adalah mimpi buruk, kadang menjadi leisure time buat humam. Sekali waktu saya lihat betapa dia bisa demikian cepatnya menggarap soal soal itu seolah tanpa berfikir mengisi kolom demi kolom, sambil santai tengkurap dan memain mainkan pensilnya.

Metode model begini ternyata tak sekedar membuat anak pintar, tapi saya bersyukur bahwa yang lebih penting dari itu adalah aktivitas rutin ini menjadi engagement media yang efektif untuk memperkenalkan dan menstimulasi anak bersiap menghadapi konstruksi berfikir logis. Untuk itu penting rasanya memperkenalkan anak anak dengan aktivitas model begini sedini mungkin.

Tak heran saya akhirnya menerima hikmah Kumon seolah sebagai 'Kuman', yang pelan pelan masuk ke alam pikir mentransmisikan wabah positif matematika, saya berharap Humam bisa demam akibat 'Kuman' yang satu ini, demam untuk mengasah logikanya setiap hari. Selamat ya Nak, terimakasih 'Kuman' Kumon !

Wednesday, February 10, 2010

Socrates pun termehek mehek

Belakangan kami senang menonton program reality show di TV. Kawan kawan ada yang mengidentikan kebiasaan ini dengan aktivitas 'mencandu sampah' audio visual. Sedang saya mencoba memandangnya dari perspektif berbeda, semata karena kami duduk disofa menyaksikan episode demi episode itu tidak sebagai couch potato, namun ada sekelumit pengalaman lain yang kami rasa layak di bagi tuliskan.

Favorit kami pertama adalah 'Masihkah Engkau Mencintaiku', sedangkan yang kedua tentu saja 'Termehek-Mehek'; dua reality show ini menggunakan metode klasik yang sama, yaitu bertanya. Ya ...bertanya dan terus mempertanyakan adalah sebuah cara yang akan menggiring kita pada pola pikir rasional, membuka sedikit demi sedikit kebenaran yang obyektif, dan menerbitkan ide ide. Acara ini mengingatkan saya pada Metode Socrates, sebuah pendekatan yang kemudian menginspirasi kelahiran Case Method di sebuah sekolah hukum dan bisnis nun jauh di belahan benua Amerika sana. 

Sementara di ameriki sini, saya menyaksikan seolah sebuah kasus di bacakan di awal acara itu, dan ketika pertanyaan demi pertanyaan terjawab dengan berbagai respon yang berkonflik satu sama lain, bahkan dramatik, maka sedikit demi sedikit problempun teridentifikasi.

Di kelas 'Masih kah Kau Mencintaiku',  Prof. Helmi Yahya akan mulai melontarkan pertanyaan pertanyaan yang membuka berbagai alternatif arah action, dan respon dari panelis akan tampil menggambarkan analisis konsekuensi logikal. Demikian juga di 'Termehek mehek', setiap ada clue baru selalu diikuti pertanyaan demi pertanyaan, keraguan dan misteri yang seakan perlu dikuak.

Aura psikologis biasanya mulai tampil dalam bentukan seolah acara acara ini adalah media Terapi Kognitif. Panelis akan tampil bagai Terapis yang berkolaborasi dengan klien mencoba menguji asumsi asumsi yang berkembang, dan mempertanyakan kembali berbagai belief yang terkadang terlihat sebagai akar penyebab konflik. Membongkar berbagai belief itu, dan membangun sebuah dialog yang emosional, namun mencerahkan. Sering kita menyaksikan para obyek acara ini seolah tersedak atau hanya sekedar berhenti sejenak setelah strucked by lightning terkena sentuhan hikmah dari dialog dialog yang terbangun.

Di akhir acara apapun keputusannya, berbagai opsi telah dibahas, juga penyebabnya. Disaat inilah sering kita ber refleksi dan menggunakan hikmah dari setiap kasus sebagai bahan renungan. Kadang kami membincangkan kasus demi kasus, mengulang menonton nya kembali di youtube, atau sekedar merangkai satu episode sebagai insight bagi episode lainnya.

Proses belajar kita dalam membina keluarga mengandalkan pengalaman kita yang diturunkan oleh orang tua kita masing masing, untuk menambah bobotnya kadang kita bisa baca berbagai literatur, mengikuti talkshow, dan kini kita pun melihat dengan bijak produk multimedia berwujud reality show ini untuk menjadikannya sebagai bahan renungan. Memang kasus dami kasus yang tampil adalah kasus konflik berat, bahkan terkesan kasus devian, namun dari simulasi ekstrem akan lebih terlihat hikmah yang dapat diambil.

Jika di Harvard Business SchoolMBA student setidaknya harus melahap 500 kasus bisnis, nah sementara kami di kelas MLR (My Family Living Room) sedikit belajar tentang hidup dari Socrates yang termehek mehek.

Tuesday, February 9, 2010

filosofi zillij

Mozaik yang menjadi ciri khas arab berkembang di berbagai belahan dunia, ornamen geometris islami yang di kenal sebagai zillij di maroko ini menjadi ciri berkembangnya seni islam. Tak hanya di arab, eropa, maghribi, persia, india, cina, bahkan sampai juga di Indonesia yang konon dimanifestasikan dalam pola repetisi di seni membatik. Keunikan dari bentukan desain ini adalah ciri mozaiknya, dimana bentukan yang kompleks lahir dari kepingan sederhana yang berulang.

Secara historis kelahiran mozaik merupakan antithesis budaya fetishism yaitu pemujaan terhadap berhala, tubuh dan mahluk, paham yang di kritik oleh syariah. Mozaik yang mampu mengekspresikan keindahan tanpa mentransmisikan nafsu badaniyah (bahkan haywaniyah) menghiasi berbagai medium termasuk arsitektur, perkakas, kriya, mode, bahkan batu nisan.

Secara filosofis zillij adalah manifestasi semangat KeTuhanan. Misalnya keberadaan titik pusat mozaik yang sering berupa bintang sisi delapan ditengah merupakan simbolisasi eksistensi Tuhan sebagai awal dari segala sesuatu, alurnya yang kemudian berulang dari tengah keluar adalah Wujud proses penciptaan Alam Semesta dimana berasal dari Tuhan. Dan Tuhan menciptakan alam semesta ini dengan penuh keteraturan, inilah fenomena zillij yang lain dimana keteraturannya dapat dimodelkan dalam permodelan matematika yang mutakhir melampaui zamannya

Ornamentasi yang berulang sampai jumlah yang banyak bahkan sampai Tak terhingga lagi lagi merupakan clue akan Sifat Tuhan yang tak hingganya meliputi segala sesuatu. Dan impresi puncak dari wujud ornamen geometris islami ini adalah Keindahan yang terlihat ketika oramen membentuk bentukan yang sempurna dari kepingan yang subtil.

Tuhan menciptakan Alam, ciptaan yang kompleks namun beraturan.
Disempurnakannya sehingga mewujud menjadi keindahan

Viral Booster

It is true that  biological phenomenon inspired mankind to understand their being, the case of virus existence assure that. Virus word have a true meaning as poison, something terrible for human. More than 50 thousands kind of virus recognized life in our planet, a bunch of them just attack my family.

From the other point of view we may learn contrary perception which is positive. One of that is the virus way of replicate themselves which i considered as one of God's miracle. This writing will mark my stepping stone in learning how biological phenomenon inspired IT and Marketing through the help of virus.

Long time the words 'viral marketing' had become a buzzword, Management consultants McKinsey & Co. estimate that twothirds

of the US economy is driven by word of mouth. After Ponzi sheme and MLM which already negatively perceived,  the concept deals with how to ignite people to pass on the message from one to another self willingly, not just create word of mouth what more important is that to getting a message out with little time, minimal budgets, and maximum impact.

 To create such condition the credo of 'Content is a King' is really true. The content which people like to share, because if people like to pass it along thats what really about. So it is important to create and execute an idea that's intriguing enough to get consumers to interact. Viruses do not spread by chance. They let the high-frequency behaviors of their hosts carry them into new territories.

One of the successfull content strategy which already become a classic case was 'The Hire' movie created for BMW brand. This campaign was made after eight short film being made by eight well known director among them are Ang Lee, Guy Ritchie...the story highlighted the performance aspects of various BMW automobiles, and the end results were staggering: the series had been viewed over 100 million times in four years and had changed the way products were advertised. Several companies attempted to capitalize on the success of BMW's film series. In 2002, the Nissan car company produced their own short film featuring their newly reintroduced 350Z. Entitled The Run.

Yes ! high quality movie was the huge content for viral marketing, but The Hire campaign was suspended because the cost was so high. There are several tactical booster which can be add to amplify cheaper media presence. One of the idea was to create leak.

The release of the 2007 concept album Year Zero by Nine Inch Nails involved a leaking tactics, including the band leaving USB drives at concerts. This was followed up with a series of interlinked websites revealing clues and information about the dystopian future in which the album is set.

Other booster was rumors spreaded through gossip show, here in Indonesia the highest occupier of air wave are infotainment, one gossip show can ignite the first blow, and the tipping point will be reached after the artist become a centerpoint of the crowd with mic and camera, chasing their statement. Not long before people start to talk about the issue as the object of mind control.

For personal brand gossip media can be used, but it is too difficult to control how the perception will be created after control is under the media not the object. Media relation strategy can be applied to deal with such turbulence. The advanced form of it was when Richard Branson made headlines by appearing to jump naked into New York's Times Square to promote his company's new cell-phone service.

I have a silly idea that rather than advertise a serial of campaigns on Free calls, mobile operator may facilitate such manufactured leak that their service can be used for free if people use some secret code, this type of underground campaign will spread through social networks, people will send email, quoted in chat room even passed on from one group to another. People will talk about it, an information being leveraged as important tips, and those tips will spreaded as rumors. At the end of the day the operator can fill the air wave with concluded Ad that their brand is truly free, the secret code become common code, and another case sealed by success.

Viruses do not become epidemics until they reach the tipping point and those creature are smarter: They find a way into the host under the guise of another.

Monday, February 8, 2010

Gemeinschaft und Gesellschaft

Definisi baku (dan klasik) dari komunitas adalah kesamaan geografis, belakangan definisi ini mengalami enrichment dengan hadirnya internet. batas geografis menjadi fana, saat realitas adalah eksistensi nir ruang, dan ketersambungan terjadi meski minus kehadiran.

Sosiolog menambahkan pandangan lain tentang komunitas,  yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft. Yang pertama disebut dianggap lebih kuat ikatannya karena adanya faktor unity of will, Gemeinschaft bisa berupa ikatan kekerabatan (termasuk didalamnya ikatan kinship seperti klan, marga dll), sementara Gesellschaft lebih diikat oleh adanya kesamaan self interest.  Realitas dalam masyarakat, komunitas bisa dibangun atas campuran antara dua ciri ikatan diatas.

Disamping aspek struktural dari suatu komunitas, yang justru belakangan mendapat perhatian adalah aspek pengalaman nya (psikologis) yang sering digambarkan sebagai faktor sense of community. McMillan & Chavis merumuskan 4 elemen dari sense of community yaitu: 1) membership, 2) influence, 3) integration and fulfillment of needs, and 4) shared emotional connection.

Elemen pertama membership di bangun atas 5 atribut penting, yaitu: adanya batasan (boundaries) , Rasa aman dan penerimaan ,  sense of belonging dan identifikasi , personal investment , serta  sistem simbol yang sama. Sementara faktor pengaruh (influence) bekerja dalam dua hal:disatu sisi anggota komunitas merasa memiliki pengaruh pada group nya,dan kohesivitas group yang dibangun dengan adanya pengaruh dari group terhadap membernya.

Anggota komunitas akan merasa mendapatkan manfaat setelah berpartisipasi dalam komunitas, kondisi ini tak lain adalah elemen fulfillment. Dan adanya sejarah, kisah, dan keikutsertaan bersama dalam sesuatu mewujudkan  elemen shared of emotional connection.

Bergerak dari perspektif sense of community, sebuah situs pertemanan atau social network seperti facebook, juga fitur Blackberry Massenger, bahkan Mobile Services dan promo dapat di bangun. Tentu dengan memperhatikan elemen penentu berfungsinya sebuah komunitas, sehingga inovasi menjadi suatu hal yang membumi.

Sunday, February 7, 2010

Awass Virus....

Temperatur Humam mencapai 39 centigrade, kami was was mengingat humam punya sejarah kejang. Alhamdulillah kami sudah mempersenjatai diri dengan sedikit pengalaman plus ibuprofen, tempra, dan paracetamol. Ilmu memandikan dengan air hangat yang kami sempat praktekan ketika kami di doha pun kami pakai, dan hari ini panas humam sudah tidak teraba lagi. Sekarang giliran bundanya yang demam dan menggigil, duh.

Ditengah hujan deras dan angin semilir ini virus dimana mana, saya pun sempat mensimulasikan keberadaan mahluk renik ini pada humam. "Nak minum air putih itu bikin banjir melawan virus, sedang kan minum obat itu memasukan pasukan pelawan virus, lalu makan malam artinya mengirim tank buat menyerang virus di perut humam.......ayo nak lawan virus2 itu !", walhasil humam semangat melawan virus dengan minum obatnya, makan rotinya, dan  minum air putih yang banyak.

Simulasi dan Rasionalisasi model begini banyak manfaatnya, disatu sisi untuk mengajarkan anak satu konsep yg baru,  memudahkan anak mencerna ide yang kompleks, dan terakhir sbg media persuasi ;))

Saat menulis entry ini saya pun sedang bersin bersin, rasanya si mahluk renik sudah loncat dan membangun koloni baru di hidung yang basah ini. Hatchiiiiiiiiiiiiiiim  !

Wednesday, February 3, 2010

Two point O

Belakangan ini disamping blogging, facebook sudah demikian ngetopnya, dan yang menarik kalau dulu di era friendsters pengguna awalnya adalah teenagers belakangan sudah merambah ke ibu rumah tangga bahkan orang tua (seniors). Teknologi menjadi aspek yang tak lagi dominan , yang terlihat adalah usability, alias betapa pengalaman pengguna diperkaya fitur maupun interaksi yang dimungkinkan oleh facebook.

Tapi pengalaman saya dengan kultur inovasi baru ini tak harus berhenti sampai ikut menjadi facebookers saja, belakangan saya sedang gandrung dengan satu web apps yang namanya basecamp, aplikasi ini bermanfaat u mendukung manajemen proyek, yang belakangan saya dengar sempat digunakan Tim Kampanye Obama.

Dibalik itu semua ada kultur teknologi yang namanya Web 2.0. Saya sebut kultur bukan sekedar teknologi itu sendiri, karena bahkan mbah nya internet menganggap aplikasi ini sebagai haram jaddah inovasi internet.  Tak ada standar baru yang dilahirkan untuk mendukung konstruksi jargon Web 2.0, yang terjadi adalah pengalaman serta itikad kolektif banyak pihak untuk berinovasi dengan cara baru.

Yang menarik dari dimungkinkannya kolaborasi adalah terakumulasinya pengetahuan kolektif (collective intelligence), juga aspek tumbuhnya komunitas pengakses layanan ini tidak lahir sebagai buah pemasaran konvensional seperti iklan, namun lebih karena viral marketing yang terjadi karena menjalarnya rekomendasi antara satu user ke user yang lain. Dan lebih dahsyat lagi proses pembuatan aplikasi ini lahir juga karena kerja bareng dalam format peer production.

Dahsyatnya Web 2.0 belakangan dibantu dengan bergeraknya evolusi 3G mobile technology, juga handset technology. iPhone, Blackberry, juga Android yang belakangan muncul lebih dirasakan manfaatnya dengan hadirnya beragam aplikasi Web 2.0. Konsumen menuntut Smart Phone tak lagi sebagai gadget para pebisnis, kini Blackberry telah jadi genggaman abg.

Industri  bergerak kearah baru, dimana kolaborasi dan pemanfaatan Platform Web akan mewarnai lahirnya trend trend baru kedepan.

Tuesday, February 2, 2010

Hype Marketing: The Legend of iPad

Launch iPad tempohari memang sangat menarik untuk dikaji..............

Saya akan berusaha obyektif, dan paling siap dalam posisi ini karena saya bukan penganut Maccultism . Semata karena entry barrier econopsychology, saya benci dimanipulasi oleh pemegang merek yang mengkutip profit margin sedemikan tinggi model Microsoft, dan Nike........dan Apple.....tapi kini price barrier telah diruntuhkan oleh iPad yang konon sudah makin populis seperti mengikuti aura Obama belakangan (Bahkan socialist ?). Diluar pricing saya akan melihat dari sisi lain ketika Tim iPad sudah sedemikan komprehensifnya memanipulasi berbagai jenis media campaign mutakhir, memanfaatkan celah relung pemasaran yang bener benar atraktif.

Pertama adalah Rumors, Mac jagoan dalam menciptakan misteri, dan menstimulasi imajinasi jauh hari sebelum produk mereka luncurkan. Kalau saja kita ketikan entry apple rumors maka akan keluar 13 juta hasil pencarian google, ini menandakan bahwa sudah sedemikian massifnya rumors di ciptakan dan kini berpropagasi di internet.

Sementara bila kata itu ditambahkan dengan kata blog menjadi apple-rumor-blog maka hasil pencariannya akan menjadi 15 juta.Ya Apple memanfaatkan rumors melalui jejaring sosial dalam wujud blog, sebuah strategi komunikasi yang amat organik dengan melihat potensi alamiah manusia untuk cenderung mengungkap detail informasi yang tersembunyi. Apple menutup rapat informasi disatu sisi sambil pelan pelan membangun agitasi melalui link, leakage, statement, prediction, dan kesungguhan Apple untuk konsisten melahirkan produk2 yang revolusioner.

Setelah Rumors, eskalasi keingintahuan yang mengkristal digiring menuju peak experience melaui presentasi yang dahsyat dari CEO Apple, ditambah berbagai enhancer berupa video presentation, dan initiated review.

Presentasinya sendiri adalah seolah momen spiritual, betapa tidak Jobbs tampil seolah sebagai pengkhotbah diatas bukit; seorang ultimate product evangelist yang hadir ditengah arena dibawah kilau lampu sorot, dukungan kekuatan audio dan media presentasi utama. Seperti biasa Jobbs tampil casual, menggenggam produknya dan mengalir menyampaikan fitur demi fitur di selingi pendapat pribadinya, dengan santai dan penuh ekspresi excitement.....

Khusus mengenai video presentation ini saya melihat betapa kuat upaya persuasi dengan mengungkap sisi respond emosional terhadap produk, ketimbang mengungkap aspek teknologi produk itu sendiri.  Sang Director seolah membuat talent yang tak lain adalah awak Apple, mengungkap IPad dengan sangat emosional, seolah terharu, terkejut, bahkan terkagum ketika berusaha menerangkan produk besutannya sendiri. Lagi lagi aura pesan subliminal di sampaikan secara manusiawi.

Dan kali ini Apple menggunakan placement di the ultimate grammy award, kehadiran produk, aksen maupun atribut iPad dalam event yang menuai exposure global itu mengeskalasi awareness yang sudah dibangun teramplifikasi secara masif, tak berhenti hanya disitu jalinan dengan audiens pun di arahkan resolusinya melalui di endorse nya iTunes sebagai tempat untuk mengunduh konten grammy ini.


Sisi lain iPad ini menggugah saya, sebuah upaya yang sedemikian komprehensif yang tak berhenti mendera kita untuk hanyut turut dalam barisan konsumen mereka, namun tak hanya berhenti di situ ,mereka ingin membangun mereknya sebagai obyek fanatisme.....dan konsumennya adalah penganut setia sebuah gerakan spiritualitas komersial.............tulisan ini belum berhenti saya menantikan kelanjutan dari legenda pemasaran iPad ini sampai puncak berikutnya ketika iPad turun kebumi dan sudah siap dibeli.

.