Wednesday, February 10, 2010

Socrates pun termehek mehek

Belakangan kami senang menonton program reality show di TV. Kawan kawan ada yang mengidentikan kebiasaan ini dengan aktivitas 'mencandu sampah' audio visual. Sedang saya mencoba memandangnya dari perspektif berbeda, semata karena kami duduk disofa menyaksikan episode demi episode itu tidak sebagai couch potato, namun ada sekelumit pengalaman lain yang kami rasa layak di bagi tuliskan.

Favorit kami pertama adalah 'Masihkah Engkau Mencintaiku', sedangkan yang kedua tentu saja 'Termehek-Mehek'; dua reality show ini menggunakan metode klasik yang sama, yaitu bertanya. Ya ...bertanya dan terus mempertanyakan adalah sebuah cara yang akan menggiring kita pada pola pikir rasional, membuka sedikit demi sedikit kebenaran yang obyektif, dan menerbitkan ide ide. Acara ini mengingatkan saya pada Metode Socrates, sebuah pendekatan yang kemudian menginspirasi kelahiran Case Method di sebuah sekolah hukum dan bisnis nun jauh di belahan benua Amerika sana. 

Sementara di ameriki sini, saya menyaksikan seolah sebuah kasus di bacakan di awal acara itu, dan ketika pertanyaan demi pertanyaan terjawab dengan berbagai respon yang berkonflik satu sama lain, bahkan dramatik, maka sedikit demi sedikit problempun teridentifikasi.

Di kelas 'Masih kah Kau Mencintaiku',  Prof. Helmi Yahya akan mulai melontarkan pertanyaan pertanyaan yang membuka berbagai alternatif arah action, dan respon dari panelis akan tampil menggambarkan analisis konsekuensi logikal. Demikian juga di 'Termehek mehek', setiap ada clue baru selalu diikuti pertanyaan demi pertanyaan, keraguan dan misteri yang seakan perlu dikuak.

Aura psikologis biasanya mulai tampil dalam bentukan seolah acara acara ini adalah media Terapi Kognitif. Panelis akan tampil bagai Terapis yang berkolaborasi dengan klien mencoba menguji asumsi asumsi yang berkembang, dan mempertanyakan kembali berbagai belief yang terkadang terlihat sebagai akar penyebab konflik. Membongkar berbagai belief itu, dan membangun sebuah dialog yang emosional, namun mencerahkan. Sering kita menyaksikan para obyek acara ini seolah tersedak atau hanya sekedar berhenti sejenak setelah strucked by lightning terkena sentuhan hikmah dari dialog dialog yang terbangun.

Di akhir acara apapun keputusannya, berbagai opsi telah dibahas, juga penyebabnya. Disaat inilah sering kita ber refleksi dan menggunakan hikmah dari setiap kasus sebagai bahan renungan. Kadang kami membincangkan kasus demi kasus, mengulang menonton nya kembali di youtube, atau sekedar merangkai satu episode sebagai insight bagi episode lainnya.

Proses belajar kita dalam membina keluarga mengandalkan pengalaman kita yang diturunkan oleh orang tua kita masing masing, untuk menambah bobotnya kadang kita bisa baca berbagai literatur, mengikuti talkshow, dan kini kita pun melihat dengan bijak produk multimedia berwujud reality show ini untuk menjadikannya sebagai bahan renungan. Memang kasus dami kasus yang tampil adalah kasus konflik berat, bahkan terkesan kasus devian, namun dari simulasi ekstrem akan lebih terlihat hikmah yang dapat diambil.

Jika di Harvard Business SchoolMBA student setidaknya harus melahap 500 kasus bisnis, nah sementara kami di kelas MLR (My Family Living Room) sedikit belajar tentang hidup dari Socrates yang termehek mehek.

No comments:

Post a Comment