Friday, May 21, 2010

Calculated or Exaggerated ?

We calculate by our mind, and sometimes by our heart. To get sober in calculating things we must depend on how true we are to our self. There is why sometimes counting numbers can lead to represent as greater than is actually the case; overstated.

I believe that before we count we must know what will be the consequences, since fail to count will lead to the failure it self. Numbers being communicated as a message transmitted to the audience, sometimes the number crunchers lie to get more attention, or talk more than what should be represented. People exaggerate the value of things they haven't got: everybody worships truth and unselfishness because they have no experience with them. Or on the other way around they may have all the experience , but never get caught.

Or just like Gibran said that exaggeration is a truth that has lost its temper.  

Thursday, May 20, 2010

Never Mind

The can do attitude become a behavior that lack from my week end, ussually i am deeply in love with homey surroundings, sound of birds, smell of earthly soils, feels of grass on my legs, and mainly conversations with folks at home. I kinda feel lazy of outing, people have to drag me out of my bed or sofa.

There is a love and hate relationship between me and my car, i love my ride while working and like to get rid of him on those holidays and weekends, thats why last week he was angry at me when he just stop the battery and stop dead in the basement of the office. I also hate my notebook, thats why i never take him back home, i just sunk him out every day, so obvious that every day end he don't want to be shut down, daily quarrels happening between me and this lousy vaio (just wait until i found my soulmate ...the iPad)

The subliminal of hatred happening between me and those symbols of working days, do i get bored with my daily routine like just everybody else ? and deep inside missing our family of joy and happiness ?

I want to volunteer to become a white mice of any mobile working trials .... any body care to hire ? or a just wanna take a short leave.

Wednesday, May 19, 2010

The Angel Dragon

Kerumitan ekonomi belakangan ini menempatkan para investor atau investment bankers sebagai biang keladi, namun sulit menafikan tumbuhnya ekonomi tanpa adanya investasi. Disamping para investor begundal yang hanya asik mempermainkan angka, ada pula sisi wajah lain yang lebih ramah manusiawi, mereka dikenal sebagai angel investor.

Angel investor istilah yang sudah lama dipakai, awalnya dulu populer di bisnis seni pertunjukan, produksi teater broadway tahun 70 an banyak di sokong oleh para malaikat ini. Istilah angel dipilih karena biasanya investor model begini masuk disektor riil menggunakan uang pribadinya, bukan pat guli pat alias galibang tulobang ;). Mereka tak lagi haus pure monetary return tapi sudah mencari value yg lebih dari investasinya, maka tak jarang mereka berperan sebagai mentor sibuk membimbing para entrepreneur tumbuh.

Di beberapa negara maju, statistik bisnis tak lagi melihat berapa populasi entrepreneur, belakangan  populasi angel investor menjadi faktor yang penting, seperti di inggris saja tercatat 6000 angel investor. Salah satu kemunculan di media ditampilkan di BBC, dalam reality show Dragons Den, 5 orang angel investor meng 'audisi' para entrepreneur yang berusaha meraih minat mereka untuk berinvestasi.

Dragons Den, memposisikan para angel investor dengan istilah yang menyeramkan, dan memang dalam program ini para 'Angel' bermutasi menjadi 'Dragon' menguliti habis bahkan menyerang para entrepreneur itu. Di A.S reality yang sama muncul dengan judul baru yang tak kalah seramnya: The Shark Tank. Setelah menyaksikan beberapa episode kedua acara tersebut saya melihat betapa penting investasi dibedakan dengan filantrophy, kritis dan agresifnya para angel investor tetap dibutuhkan dalam proses objektivikasi peluang bisnis yang di presentasikan. Toh meski negosiasi terkadang sangat menegangkan dan pedas, namun selalu para 'Dragon' dan 'Sharks' itu melepaskan majority share untuk tetap dipegang oleh si entrepreneur, artinya dilubuk terdalam mereka tetaplah 'Angel'.

Bisnis membutuhkan passion untuk berkembang, namun passion itu terkadang menjelma menjadi rasa memiliki yang emosional yang tak lagi obyektif, dibutuhkan orang lain untuk melihat dan merespon secara jernih, terkadang nilai dari kejernihan ini lebih mahal dari uang, dan inilah yang membedakan para angel dengan para spekulan haus darah.

Tuesday, May 11, 2010

stupid Me

Perumpamaan gelas kosong yang siap diisi selalu menjadi kisah yang diucapkan guru kepada murid untuk menyampaikan bahwa ketulusan dibutuhkan untuk melibatkan diri pada proses belajar. Di militer istilah pengosongan menjadi nyata ketika diawal pelatihan militer si calon prajurit di drill dan di tekan untuk melepaskan nilai nilai laten guna masuk ke sistem nilai baru yang baku.

Tentu saja kita tak boleh berhenti di tahap 'pengosongan' tahap logikal selanjutnya adalah tentu saja  'pengisian'. Dalam proses pengisian saya percaya pada laku repetitif, konsisten dan berkelanjutan. Kerja otak manusia yang unik membedakan otak itu dengan sistem memori komputer yang kumulatif, mekanikal dan rigid. Lihat saja Kumon yang menerapkan repetisi dan variasi sebagai upaya penanaman ide aritmatik.

Kini setiap pagi saya memilih melakukan ritual unik, ritual menanamkan kesadaran betapa polos dan bodohnya saya, semata mata untuk membuka hari dengan kesiapan menerima pengalaman hidup sebagai rangkaian proses belajar dan ikhtiar meniti kesadaran, lalu menutup setiap harinya itu dengan kepingan hikmah yang baru.

Monday, May 10, 2010

BoP : Fighting poverty with profitability

Belum lama ini Prof. Prahalad meninggal dunia, penulis Fortune at The Bottom of the Pyramid wafat dengan meninggalkan wasiat bahwa orang miskin yang digolongkannya berada di dasar piramida konsumsi sebenarnya adalah pasar yang layak untuk di garap.

Istilah BoP (Bottom of The Pyramid) jauh hari diperkenalkan oleh Roosevelt dalam salah satu magnum opus speech nya. Sebelum wafatnya sang Presiden (Kenapa kok insight begini selalu lahir diujung usia ? karena mereka sudah mencapai puncak piramida maslow-kah ?) mencoba menggaris bawahi bahwa betapa potensi ekonomi yang besar di dasar piramida perlu di dekati dengan pendekatan Bottom Up bukan Up to Bottom apalagi Trickle down.

Prahalad yang menggunakan pendekatan Developmental meyakini bahwa low income class sekarang adalah middle class masa mendatang, jadi para penghuni dasar piramida ekonomi perlu dilihat tak sebagai obyek charity, perlu dipandang potensinya, diberi kail dan di kembangkan sebagai wirausaha kecil kecilan untuk tumbuh terus. Prahalad melihat bahwa dengan melayani kebutuhan kaum papa dapat dikembangkan juga bisnis untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan.

Salah satu bisnis model yang kemudian terlihat sukses adalah strategi minutes factory yang di jalankan secara konsisten oleh Bharti Airtel, pemain GSM terbesar di India. Upaya bharti untuk lebih memperhatikan AMPU ketimbang ARPU melalui upaya merasionalkan Cost, dan mengefektifkan performansi melalui peningkatan Volume sebagai multiplier dari AMPU kemudian menempatkan Bharti sebagai rujukan betapa low end market di industri seluler adalah segmen yang menguntungkan.

Yang luput dari pandangan bahwa distribusi seluler menggerakan usaha kecil isi ulang seperti di Indonesia, membuka banyak layanan pendukung lain, dan mengaktifkan perdagangan dengan entry barrier rendah di kalangan masyarakat luas di seluruh pelosok India, dan Indonesia.

Saturday, May 8, 2010

Its a Beautiful Day

...................

"What you don't have you don't need it now !"

U2