Friday, February 19, 2010

Glocalized: Berakar dan bertaji lokal

Membincangkan inovasi sering perhatian kita tersita untuk melirik gemerlap kemajuan teknologi informasi dan digital, padahal syarat eksistensial dari inovasi adalah market acceptance, dan tentu syarat perlu adanya penerimaan pasar adalah relevansi antara demand dengan atribut benefit yang muncul sebagai solusi. Jelas maka inovasi harus melalui proses kontekstualisasi sejak ide masih di langit kesadaran, sampai terwujud dalam realitas komersial. Itulah maka Teknologi informasi dan gemerlap dunia digital bukanlah satu satunya wahana bagi lahirnya temuan temuan baru.

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, saya ingat bahwa berbagai merek legendaris justru lahir karena besarnya kandungan alamiahnya. Mari kita jajarkan saja brand mendunia model Kecap Cap Bango, Sampoerna, Indomie, Kopi Kapal Api semuanya memiliki ciri yang sama yaitu kandungan lokal yang besar,yang kemudian di dukung oleh tingkat konsumsi nasional yang besar, baru kemudian bisa tampil di kancah dunia. Jadi agaknya sebelum sebuah produk inovasi mengglobal maka dia perlu kuat di pasar lokal terlebih dahulu.

Belakangan perhatian saya tersita oleh dua inovasi produk lokal yang menjanjikan, dimana keduanya mengandalkan kuatnya kandungan bahan baku lokal sambil membangun diferensiasi produk melalui kemampuan meracik campuran kandungan lokal itu sambil menyajikan solusi cerdas.

Pertama saya melirik sebuah minyak angin dengan aroma unik. Produk ini cerdas karena tampil beda ditengah dominasi eksisnya beragam produk sejenis yang sudah mapan. Baik dari segi kemasan, brand ,maupun atribut produknya yang amat berbeda. Jika minyak angin biasa identik dengan obat sakit, berbau menyengat, dan kemasan klasik menoinjolkan kemurnian dan warna minyaknya, maka Safe Care tampil layaknya produk minyak wangi. Kemasan roll on nya juga brand yang berbahasa inggris, dan klasifikasi produk baru yang diperkenalkannya yaitu minyak angin aromatherapy sungguh menonjolkan produk ini ketimbang minyak angin lainnya.

Pola distribusi klandesteinnya pun amat menarik, menggunakan jejaring klaster klaster kesehatan dan apotik menengah atas meunjukan betapa target yang disasar sangat relevan dengan keunikan posisi produk ini.

Produk kedua yang adalah Kopi Jahe 41, keberanian produk ini tampil ditengah pasar yang sedemikian crowded dan didominasi pemain besar sungguh mencengangkan saya. Betapa tidak bila kita sempatkan saja ke Hypermarket, maka produk kopi instan akan tampil berderet dalam satu lorong yang panjang.

Dengan metode distribusi klandestein juga produk ini mampu mendominasi warung kecil, warung kopi, tukang kopi keliling dan berbagai outlet menengah bawah. Kopi Jahe 41 menggunakan kandungan lokal, dengan produksi yang diawali inisiatif industri rumahan serta positioning produk yang tegas menyasar menengah kebawah, atribut produk ini dibangun konsisten dengan strategi pemasarannya. Kehadiran produk ini sempat memancing reaksi dari pemain besar untuk ikut masuk kepasar sejenis melawan keberhasilan nya eksis di ceruk pasar yang baru

Sudah menjadi realitas bahwa produk global terutama dari tiongkok akan mendera konsumen kita, namun keyakinan masih ada dengan hadirnya inovasi berakar dan bertaji lokal, berakar karena mengoptimalkan kandungan  bahan baku nusantara, sementara bertaji lokal karena mampu menjawab kebutuhan pasar indonesia dengan konsumsi konsumen yang merupakan kekuatan utamanya.

No comments:

Post a Comment