Saturday, January 30, 2010

Alkisah Visual

Beberapa kawan dikantor di sini, teman teman seperjuangan, dan sebagian kolega di Doha sering mengidentikan saya dengan power point, disamping sering mendapat tugas untuk kantor sesekali saya mendapat order khusus untuk membuatkan beberapa bahan presentasi di berbagai forum. Semua presentasi itu saya buat sendiri, dan saya sajikan untuk dapat di sampaikan melalui orang lain.

Bulan ini saja ada berbagai materi presentasi di pipeline, mulai dari beberapa bahan untuk kerjaan di kantor, konferensi internasional di Singapura, sampai 'ekstra kurikuler' misalnya paparan tentang industri kreatif di sebuah Institut Teknologi,  slide tentang private placement untuk institusi pendidikan (untuk ditampilkan ke salah satu mantan presiden), dan Presentasi untuk parlemen di Timur Tengah.

Bahan diatas akan melengkapi koleksi slide di HDD saya yang sebagian besar tentang paparan terkait pekerjaan di kantor, juga diantaranya slide ke sebuah institusi militer, Strategi politik untuk sebuah Partai Politik, Presentasi di forum Chief Marketing Officer, Analisa Corporate Governance sebuah BUMN, Business Plan untuk jabang bayi Operator jaman dulu, Materi Fit and Proper seseorang, Materi gerakan counter-underground (jaman kuliah) dan masih banyak lagi lainnya.

Sejujurnya bahan bahan yang sudah dikembangkan terkesan biasa saja, kadang baik kualitasnya dan kadang jelek. Karena slide slide itu lahir dari sebuah proses kreatif , dibangun melalui referensi yang relevan dengan alur story telling maka kadang hasil racikannya pun amat tergantung banyak faktor. Mulai dari ketersediaan bahan dan bumbu, pemahaman saya sendiri, timing, framing, mood, dan kualitas brief dari si empunya sendiri. Itulah kesan dari serangkaian pengalaman empirik, namun belakangan pengalaman saja tak cukup sayapun sedang belajar mengais kepingan hikmah baru, rejuvenating !.


Pengembaraan selanjutnya kemudian menjerumuskan saya pada suatu momen proses pembuatan dashboard, dalam salah satu ikhtiar mencari alternatif solusi tampilan dashboard, saya mendapati satu nama ...tertulis Edward Tufte. Beliau adalah Profesor Statistik, sekaligus akademisi di bidang Politik dan Komputer, serta memimpin kajian Desain di Yale. Melalui bukunya The Visual Display of Quantitative Information dan buku lain Envisioning Information saya mendapati satu kata kunci baru yaitu Information Design.

Awalnya ranah Information Design adalah subset dari Graphic Design. Belakangan aspek estetika bukan yang utama, tuntutan untuk mengutamakan penyajian informasi yang efektif khususnya untuk mendukung wilayah baru seperti statistika, manajemen, ilmu komputer menggeser Information Design menjadi sebuah kajian yang multidisipliner. Yang menarik (saya kutip dari wikipedia) sbb:

On a fine scale, it includes logical development of topics, emphasis on what's important, clear writing, navigational clues, and even page design, choice of font, and use of white space.

Tanpa disadari apa yang saya alami belakangan seolah mendapatkan sandaran ilmiahnya, saya merasa tercerahkan dan bersemangat untuk terus mengkaji. Melalui perspektif baru ini maka serangkaian alur pesentasi perlu di desain sebagai kemasan informasi yang kreatif. Tufte bahkan mengkritik power point melalui salah satu karyanya   The Cognitive Style of PowerPoint, saya kutip saja bulat bulat sebagai berikut....agar tidak mengurangi maknanya, dimana Powr Point mendapati kritik nya sbb:
  1. It is used to guide and reassure a presenter, rather than to enlighten the audience;
  2. It has unhelpfully simplistic tables and charts, resulting from the low resolution of computer displays;
  3. The outliner causes ideas to be arranged in an unnecessarily deep hierarchy, itself subverted by the need to restate the hierarchy on each slide;
  4. Enforcement of the audience's linear progression through that hierarchy (whereas with handouts, readers could browse and relate items at their leisure);
  5. Poor typography and chart layout, from presenters who are poor designers and who use poorly designed templates and default settings;
  6. Simplistic thinking, from ideas being squashed into bulleted lists, and stories with beginning, middle, and end being turned into a collection of disparate, loosely disguised points. This may present an image of objectivity and neutrality that people associate with science, technology, and "bullet points".
Buat saya menjadi Information Designer adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, sebuah langkah naik kelas dari sekedar peran seorang tukang power point.

No comments:

Post a Comment