Sunday, January 17, 2010

david, bukan Daud

Sebagai penggemar history channel saya merasakan nikmatnya 'membaca' sejarah dengan format multimedia rasanya lebih hidup dan memanjakan indra kita, tapi tempo hari saya menyaksikan sebuah episode yang agak membuat shock. Kali ini History channel menampilkan kisah lengkap tentang david, yang diawali dari ketika dia menjadi penggembala, lalu mendadak sontak dielukan karena ke hebatannya mengalahkan Goliath (Atau Jalut dalam tradisi islam).

Yang berbeda David  disini ditampilkan sebagai raja yang ambisius, yang selalu haus akan power, penguasaan wilayah, ekspansif, kejam, manipulatif, khianat, bahkan bejat. Tak heran maka judul acara inipun menjadi Battle BC- David: Giant Slayer, seram benar.

Pengalaman masa kecil  masih terbayang ketika nenek saya tekun mengulang-ulang membacakan sebuah buku cerita kecil berjudul Kisah 25 Nabi dan Rasul, didalamnya Nabi Daud digambarkan sebagai seorang nabi yang sholeh, yang di kasihi Tuhan, yang puasanya terbaik, suaranya merdu dan dikenang sebagai tauladan. Daud seorang yahudi, namun tak kurang penghormatan Nabi kita Muhammad padanya, hal ini menggambarkan bahwa Isam tak mengenal bias rasialisme.

Sayapun membaca bahwa tak ada bukti arkeologis yang mengkonfirmasi bahwa Daud adalah seorang bejat, yang ada adalah catatan sejarah yang dimuat di 3 kitab, 3 agama yang merupakan Abrahamic Relligion. Dimana di Talmud, David di gambarkan sebagai Penyatu, pemimpin bangsa Israel, sementara Quran melihat Daud sebagai hamba yang shalih, dan satu-satunya catatan minor tentang David ada dalam Biblical History. Tradisi Kristen melihat David sebagai....yah seperti yang digambarkan di historical channel ini, semua ahli mengkutip sumber biblikal sebagai acuan historis, sumber yang sama yang menggambarkan betapa profannya david.

Tiga agama besar tersebut sepakat dengan eksistensi David, namun ketiganya memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melihat sejarah. Satu-satunya bukti sejarah yang menganulir pandangan negatif hegemonik yang menstigmakan bahwa David adalah seorang Tiran (dengan daerah taklukan luas), justru datang dari Finkelstein & Herzog dari Tel A Viv University. Mereka meyakini bahwa bukan kerajaan besar yang dipimpin David, yang ada hanyalah kumpulan 20 desa dengan populasi tak lebih dari 5000 orang (lebih kecil satu Kelurahan di Jakarta ;)).

Temuan duo profesor arkeologi ini sekaligus mengubur fantasi berlebihan yang selama ini di gaungkan oleh ultranasionalis zionis yang mengagungkan sejarah israel raya era David sebagai referensi ideologis mereka. Disaat yang sama antitesis dari pencitraan sumir yang muncul di referensi biblikal juga mendapati kritiknya.

Agama dan sejarah, serta konteks sosio politik begitu kental dalam kasus ini, bagi saya eksisnya Iman untuk melihat Daud yang disayang Tuhan karena ke salihannya menjadi fakta yang kemudian saya pilih. Jadi mohon maaf kali ini saya menolak konstruksi sejarah a la History Channel, sebaliknya saya lebih memilih mensikapinya dengan Iman plus bukti arkeologis. Dan tinggal menempatkan History Channel tak lebih sebagai tontonan bukan tuntunan.

No comments:

Post a Comment