Thursday, April 15, 2010

Tea Party

Dalam tulisan ini saya akan membebaskan kata 'Tea Party' dari konteks sejarah dan politik nya, dan lebih memilih membahas Teh dari sudut pandang sebagai penikmatnya.

Orang asia seperti saya yang amat gemar teh mengalami dihidangkannya teh setiap pagi dan sore sejak kecil, teh hangat itu akan memulai sekaligus mengakhiri aktivitas kita seolah ritual yang khusyu. Bahkan kemudian ketika kuliah pun ibu kost saya yang amat baik, menjadikan teh tubruk pagi hari sebagai bagian dari layanan rumah kost sederhananya. Teah adalah bagian dari Budaya Asia. (Seorang kawan saya pernah agak takjub, hey man how come you drink tea after having your lunch and dinner....how does it taste ?)

Teh selalu mendampingi perjalanan hidup kita, bahkan di kantor pun dihidangkan teh dipagi hari. Bisa dibayangkan betapa setelah melalui kemacetan, mendadak lelah bertransformasi jadi kelegaan yang amat sangat ketika teh manis kental itu meniti jalan dari lidah ke tenggorokan, hangat menyapa tubuh, dan seolah jiwa yang terdera lelah disembuhkan, di tenangkan.

Aktivitas kita di kantor terkadang meluas ke ruang pertemuan, seminar, di restoran, lounge dan hotel. Disanalah derajat pilihan teh saya mulai agak meningkat dan diperkaya dengan mulai diperkenalkannya Dilmah, Twinnings, dan Lipton. Menambah pengalaman setelah Teh Tjap Dua Tang, Teh Gopek, dan tentu saja Teh Botol yang fenomenal.

Berbagai jenis Teh yang saya coba seolah membawa saya mengembara, Maroccan Mint pertama saya beli ketika berkelana ke Negeri pulau Singapura, hingga 30% volume koper saya penuhi dengan sampling Teh ini. Sementara perjumpaan romantic dengan Earl Grey Tea justru terjadi di Holiday Inn Bandung, dimasa awal meniti karier, seketika ber honeymoon dengan istri. Lalu tibalah  eksotisme rasa Camomile saya rasakan sensasinya justru ditengah coffee break sebuah seminar di Kantor.

Perjalanan ke negri dongeng pun mengajarkan saya tetang ilmu baru adanya teh bersusu yang dinamai indian chai tea, Teh berdaun campuran dengan label infussion tea, juga yang ber kantung sutra di impor dari USA berjudul The Mighty Leaf Tea. Pengalaman saya serasa lengkap ketika Teh Arabia yang thick di gelas kecil bertabur daun mint sudah saya rasakan, lagi, dan lagi.

Belakangan setelah pulang kampung (Meski saya membawa serta berkardus Teh pulang), saya menikmati Tong Tji dan Teh Gopek kembali. Jejak-jejak Teh pun mengingatkan saya betapa hidup amat berwarna dan layak untuk dinikmati.

No comments:

Post a Comment