Wednesday, April 21, 2010

Sejarah berulang-ulang

Tulisan kali ini saya klasifikasikan sebagai coretan tentang data telekomunikasi di Kampong Indonesia, beberapa informasi sudah tak mutakhir namun kenyataannya itulah realitas paling akhir data yang kita punya, dibuang sayang.

Misalnya saja ternyata Pemerintah bilang bahwa teledensitas seluler sudah 62% tahun 2008, sementara fixed wireless masih 10%, dan PSTN 4%. Tentu telekomunikasi agak kesulitan menjangkau populasi yang totalnya sudah 228 Juta. Kondisi bahwa blackout telekomunikasi mungkin saja dialami di daerah rural terutama masyarakat berpenghasilan kecil, ada 172 Juta populasi yang spendingnya dibawah 200k sebulan.

Program USO 'Desa Berdering' dan 'Internet Kecamatan' diarahkan untuk menggarap pasar yang commercially unjustified, sementara kompetisi akan semakin intens di kota besar, dan Cluster ekonomis lainnya.

Broadband yang belakangan masuk pasar Indonesia memiliki peluang untuk tumbuh lebih besar lagi, kini penetrasi BB masih rendah (dibawah 1%), room for growth yang amat luas untuk pengembangan layanan baik konten maupun aksesnya. Konsumsi bandwidth kini telah dominan dimanfaatkan untuk messaging, gaming, browsing dan akses social media; masih banyak wilayah lain yang belum tergarap seperti video, business,  education dan berbagai vertical apps maupun komunitas lainnya.

Ketersediaan akses akan semakin bervariasi dan meluas, berlimpahnya supply ini akan membuat siklus penurunan tarif pasca kompetisi (price war), kembali menguntungkan konsumen dan masyarakat luas. Dorongan akseptabilitas cohort; dimana generasi yang lebih muda memiliki affinitas konsumsi bandwidth yang lebih besar akan dirasakan pengaruhnya dalam peningkatan demand terhadap layanan maupun konten.

Skenario transisi fixed to seluler, kedepan akan berulang seketika Wireless Broadband menuai critical mass nya.

No comments:

Post a Comment