Monday, May 10, 2010

BoP : Fighting poverty with profitability

Belum lama ini Prof. Prahalad meninggal dunia, penulis Fortune at The Bottom of the Pyramid wafat dengan meninggalkan wasiat bahwa orang miskin yang digolongkannya berada di dasar piramida konsumsi sebenarnya adalah pasar yang layak untuk di garap.

Istilah BoP (Bottom of The Pyramid) jauh hari diperkenalkan oleh Roosevelt dalam salah satu magnum opus speech nya. Sebelum wafatnya sang Presiden (Kenapa kok insight begini selalu lahir diujung usia ? karena mereka sudah mencapai puncak piramida maslow-kah ?) mencoba menggaris bawahi bahwa betapa potensi ekonomi yang besar di dasar piramida perlu di dekati dengan pendekatan Bottom Up bukan Up to Bottom apalagi Trickle down.

Prahalad yang menggunakan pendekatan Developmental meyakini bahwa low income class sekarang adalah middle class masa mendatang, jadi para penghuni dasar piramida ekonomi perlu dilihat tak sebagai obyek charity, perlu dipandang potensinya, diberi kail dan di kembangkan sebagai wirausaha kecil kecilan untuk tumbuh terus. Prahalad melihat bahwa dengan melayani kebutuhan kaum papa dapat dikembangkan juga bisnis untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan.

Salah satu bisnis model yang kemudian terlihat sukses adalah strategi minutes factory yang di jalankan secara konsisten oleh Bharti Airtel, pemain GSM terbesar di India. Upaya bharti untuk lebih memperhatikan AMPU ketimbang ARPU melalui upaya merasionalkan Cost, dan mengefektifkan performansi melalui peningkatan Volume sebagai multiplier dari AMPU kemudian menempatkan Bharti sebagai rujukan betapa low end market di industri seluler adalah segmen yang menguntungkan.

Yang luput dari pandangan bahwa distribusi seluler menggerakan usaha kecil isi ulang seperti di Indonesia, membuka banyak layanan pendukung lain, dan mengaktifkan perdagangan dengan entry barrier rendah di kalangan masyarakat luas di seluruh pelosok India, dan Indonesia.

No comments:

Post a Comment