Wednesday, May 19, 2010

The Angel Dragon

Kerumitan ekonomi belakangan ini menempatkan para investor atau investment bankers sebagai biang keladi, namun sulit menafikan tumbuhnya ekonomi tanpa adanya investasi. Disamping para investor begundal yang hanya asik mempermainkan angka, ada pula sisi wajah lain yang lebih ramah manusiawi, mereka dikenal sebagai angel investor.

Angel investor istilah yang sudah lama dipakai, awalnya dulu populer di bisnis seni pertunjukan, produksi teater broadway tahun 70 an banyak di sokong oleh para malaikat ini. Istilah angel dipilih karena biasanya investor model begini masuk disektor riil menggunakan uang pribadinya, bukan pat guli pat alias galibang tulobang ;). Mereka tak lagi haus pure monetary return tapi sudah mencari value yg lebih dari investasinya, maka tak jarang mereka berperan sebagai mentor sibuk membimbing para entrepreneur tumbuh.

Di beberapa negara maju, statistik bisnis tak lagi melihat berapa populasi entrepreneur, belakangan  populasi angel investor menjadi faktor yang penting, seperti di inggris saja tercatat 6000 angel investor. Salah satu kemunculan di media ditampilkan di BBC, dalam reality show Dragons Den, 5 orang angel investor meng 'audisi' para entrepreneur yang berusaha meraih minat mereka untuk berinvestasi.

Dragons Den, memposisikan para angel investor dengan istilah yang menyeramkan, dan memang dalam program ini para 'Angel' bermutasi menjadi 'Dragon' menguliti habis bahkan menyerang para entrepreneur itu. Di A.S reality yang sama muncul dengan judul baru yang tak kalah seramnya: The Shark Tank. Setelah menyaksikan beberapa episode kedua acara tersebut saya melihat betapa penting investasi dibedakan dengan filantrophy, kritis dan agresifnya para angel investor tetap dibutuhkan dalam proses objektivikasi peluang bisnis yang di presentasikan. Toh meski negosiasi terkadang sangat menegangkan dan pedas, namun selalu para 'Dragon' dan 'Sharks' itu melepaskan majority share untuk tetap dipegang oleh si entrepreneur, artinya dilubuk terdalam mereka tetaplah 'Angel'.

Bisnis membutuhkan passion untuk berkembang, namun passion itu terkadang menjelma menjadi rasa memiliki yang emosional yang tak lagi obyektif, dibutuhkan orang lain untuk melihat dan merespon secara jernih, terkadang nilai dari kejernihan ini lebih mahal dari uang, dan inilah yang membedakan para angel dengan para spekulan haus darah.

No comments:

Post a Comment